May 24, 2025
Situasi Ekonomi Penuh Ketidakpastian, Ini Tips Mengelola Keuangan yang Sehat dari UOB

Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) mencatat adanya penurunan signifikan rerata saldo tabungan masyarakat dari yang sempat mencapai Rp3 juta pada 2019, kini merosot menjadi Rp1,8 juta per April 2024. Artinya, aset tabungan masyarakat turun 40 persen dalam 5 tahun terakhir.

Sejalan dengan data tersebut, survei GoodStats terhadap 1.000 responden di seluruh Indonesia menemukan sebanyak 70 persen masyarakat tidak memiliki tabungan, sementara hanya 30,1 persen yang mampu menyisihkan sebagian pendapatannya untuk ditabung.

Kondisi ini mencerminkan masih rendahnya kesadaran masyarakat akan pentingnya pengelolaan keuangan yang sehat. Sebagai salah satu institusi keuangan, UOB berperan penting dalam membantu meningkatkan tingkat literasi serta inklusi keuangan masyarakat.

Melalui acara Media Gathering bertajuk “Strategi Finansial di Tengah Tantangan Ekonomi” pada 24 Januari 2025, UOB memberikan literasi keuangan termasuk bagaimana cara mengatur pengeluaran, mengelola tabungan, dan mempertimbangkan investasi sehingga menciptakan kondisi keuangan yang baik meskipun dihadapkan pada tren gaya hidup yang konsumtif.

Sederet tantangan ekonomi di tahun 2025

Vera Margaret, Deposit dan Wealth Management UOB, mengungkapkan bahwa Indonesia menghadapi berbagai tantangan ekonomi di tahun 2025 akibat ketidakpastian global. 

“Memasuki tahun 2025, banyak tantangan ekonomi yang saat ini kita hadapi, di antaranya peningkatan inflasi, degradasi kelas menengah, melemahnya nilai tukar rupiah, hingga suku bunga The Fed,” kata Vera.

Dalam paparannya, Federal Reserve (The Fed) mempertahankan suku bunga di kisaran 5,25–5,5% untuk mengatasi inflasi global. Hal ini menyebabkan pelemahan nilai tukar rupiah yang turun hingga Rp15.800 di akhir 2024.

Kemudian, data BPS menunjukkan mengungkapkan jumlah penduduk kelas menengah menurun drastis dalam lima tahun terakhir, dari 57,33 juta orang pada 2019 menjadi 47,85 juta orang pada 2024. Artinya, ada sekitar 9,48 juta orang yang keluar dari kategori kelas menengah dan turun ke kategori yang lebih rendah.

Penurunan kelas menengah tersebut menunjukkan adanya kesenjangan ekonomi yang semakin melebar dan berdampak luas bagi perekonomian, seperti penurunan daya beli masyarakat yang menjadi salah satu pendorong utama pertumbuhan ekonomi.

Baca juga Postulat Akuntansi, Fondasi Laporan Keuangan yang Kredibel

Membangun literasi keuangan yang sehat

Media Gathering UOB juga mengundang kreator keuangan, Samuel Ray yang populer dengan gaya hidup frugal-nya di media sosial. Samuel mengajak masyarakat untuk memperhatikan gaya hidupnya agar tidak terjadi pembengkakan pengeluaran.

“Untuk bisa menabung, harus dilihat apakah orang tersebut konsumtif. Beberapa cara yang bisa dilakukan adalah dengan memilih gaya hidup sederhana seperti naik kendaraan umum. membangun lifestyle gaya hidup sederhana,” ujar Samuel.

Bagi Samuel yang telah mencapai financial freedom and retire early (FIRE), masalah keuangan yang sering terjadi terkadang bukan karena kebutuhan yang naik, melainkan gaya hidup atau lifestyle yang melebihi pendapatan seseorang.

Sejalan dengan itu, Vera yang merupakan seorang praktisi keuangan, memandang perlunya kewaspadaan dan perencanaan yang matang dengan menjaga disiplin, melakukan penyesuaian sesuai perubahan ekonomi, dan menempatkan dana di instrumen yang tepat.

Vera membagikan tips dalam perencanaan keuangan bagi masyarakat. Dia menyarankan agar masyarakat mencatat pengeluaran selama satu atau dua bulan untuk mengetahui pola atau kebiasaan pengeluaran (spending habits).

“Alokasi keuangan yang ideal per bulan menurut UOB adalah 5-10% untuk keinginan (WANTS) berupa hiburan, olahraga dan pembelian gadget terbaru, sementara untuk porsi tabungan (SAVINGS) sebesar 10-20% berupa dana darurat, investasi dan asuransi, sedangkan kebutuhan (NEEDS) memiliki porsi terbesar yaitu 70-85% pendapatan berupa biaya tempat tinggal, makanan, pembayaran hutang atau cicilan minimal, dan lainnya,” jelas Vera.

Mempelajari Risk-First Approach

Vera menekankan bahwa pengenalan risiko yang baik akan membantu masyarakat dalam mengelola keuangan dengan baik dan aman. Dalam pendekatan Risk-First, ada tiga pilar atau langkah dalam perencanaan keuangan.

Langkah pertama adalah melindungi (protect) diri dan orang yang dicintai dari risiko kejadian hidup yang tidak terduga dengan menyediakan dana darurat dan perlindungan asuransi.

“Kedua, membangun (build), portofolio awal dengan produk keuangan yang tidak mudah terpengaruh kendali pasar. Kemudian, langkah terakhir dalam perencanaan keuangan adalah meningkatkan (enhance) pertumbuhan portofolio investasi dengan menangkap peluang pasar,” ungkap Vera.

Untuk menggaungkan kebiasaan menabung, UOB kembali meluncurkan “Waktu Indonesia Nabung” di tahun 2025. Program ini nantinya akan mengikuti tema dari hari-hari besar yang ada di Indonesia, seperti Imlek, Ramadhan, Kartini, Natal dan lainnya.

UOB sendiri memiliki beragam produk Tabungan yang dapat dirancang untuk membantu masyarakat mengelola keuangan dengan lebih baik salah satunya, UOB One Account yaitu satu rekening tabungan untuk semua transaksi yang memberikan keuntungan bonus bunga tambahan dalam bertransaksi.

Baca juga Kamu Sandwich Generation yang Ingin Punya Bisnis? Intip 5 Tips Atur Keuangan dari Bank DBS Indonesia!

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News


link